Translate

Rabu, 04 September 2013

Kisah Peternak Ayam Kukuak Balenggek di Solok






Semula hanya Hobi, Sekarang Profesi

Semula ia memelihara ayam kukuak balenggek hanya untuk hobi dan mengisi waktu luang. Setelah pensiun dari Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Solok sejak 1 Juni 2012, dia memelihara ayam kukuak balenggek bukan sekedar hobi lagi, namun untuk budidaya serta melestarikannya.

Hijrah Adi Sukrial—Solok

Pagi-pagi, Joni Putra, warga Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuksikarah, Kota Solok ini sudah tiba di kandang ayam di belakang rumahnya. Dengan telaten, dia memberi makan induk dan anak ayam kukuak balenggek yang dipeliharanya.
Dia memegang satu per satu ayam unggulannya. Kemudian, dia memainkan jarinya untuk memancing ayam yang dipegangnya agar berkokok. Ketika satu ayam berkokok, ayam-ayam lainnya ikut berkokok.
Suaranya merdu sekali, tidak hanya sekali berkokok, namun bersambung-sambung. Suasana rumahnya yang sepi dan berada di tengah sawah, yaitu di dekat SMAN 2 Kota Solok menjadi ramai. Beberapa ekor burung peliharaannya juga ikut nimbrung dan meramaikan suasana pagi yang dingin itu. Baginya, mendengarkan kokok ayam balenggek di pagi hari merupakan kebutuhan rutin yang harus ia dapatkan.
Jenis ayam kukuak balenggek (kokok bertingkat) berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Sesuai dengan namanya, karakteristik khas ayam ini adalah suara kokoknya yang bertingkat-tingkat.
Ayam ini terbilang langka dan unik.
Jarang ditemukan di daerah lain, baik di Sumbar maupun provinsi lain. Namun beberapa pencintanya mencoba mengembangkan ayam ini hingga ke luar daerah, sekitar Sumbar.
Joni beternak ayam kukuak balenggek berawal dari hobi. Namun sekarang, ia telah membibitkan ratusan ayam dari keturunan ayam kukuak balenggek tersebut.
Kecintaannya terhadap ayam kukuak balenggek memang sudah ada sejak kecil. Di
a bahkan pernah membeli ayam unik itu seharga Rp 3 juta seekor.
Ayam kukuak balenggek yang bagus bisa ditawar di atas Rp 5 juta. ”Kalau ada kontes, para pencinta ayam kukuak balenggek akan memamerkan ayamnya yang paling merdu, atau yang paling banyak tingkat atau lenggek kokoknya.
”Pemenangnya langsung dibeli dengan harga tinggi. Semakin banyak kokoknya, semakin tinggi harganya,” kata Joni.
Ayam kukuak balenggek ini memiliki banyak jenis. Misalnya ayam kinantan, yang kaki, paruh, mata dan bulunya berwarna putih. Kalau ayam biring kaki, paruh dan mata berwarna merah. Kalau ayam kanso, bulunya berwarna abu-abu. Kalau ayam kuriak, kaki, paruh dan mata berwarna belang.
Sedangkan ayam putih bulu seluruhnya berwarna putih. Kalau ayam tadung kaki, paruh dan mata berwarna hitam. Kalau ayam pileh, kaki, paruh dan mata berwarna putih, dan kalau jalak, kaki, paruh dan mata berwarna kuning.
”Semua bangsal ayam-ayam itu merupakan jenis ayam kukuak balenggek. Tapi tidak semuanya bisa berhasil dilatih menjadi ayam kukuak balenggek. Artinya, mereka butuh perawatan dan latihan khusus agar bisa memiliki kokok yang bagus dan banyak lenggek. Setahu saya yang paling tinggi kelasnya kalau kokoknya mencapai 11 tingkat. Namun, selama saya melatih ayam, saya hanya berhasil mencapai 9 tingkat,” kata pria yang juga hobi mengoleksi batu akik ini.
Untuk perawatan, dia wajib memberikan makanan-makanan khusus, seperti tomat, madu, jeruk, cabai rawit, jahe, dan padi halus. Makanan itu diberikan sekali 15 hari setelah dimandikan. Makanan itu juga tidak diberikan sekaligus tapi bertahap dan memiliki kadar tertentu.
”Di usia empat atau lima bulan, ayam akan memperlihatkan potensinya. Di usia itu kemudian ayam dilatih hingga benar-benar bisa memiliki kukuak balenggek banyak. Saya sekarang memiliki banyak bibit, sedangkan yang telah dilatih dan memiliki kukuak yang bagus ada 9 ekor,” pungkas Joni.
Joni memulai hobi ini sejak tahun 1995. Sejak menggeluti hobi ini, dia berhasil menorehkan berbagai prestasi dalam lomba ayam kukuak balenggek. “Hampir semua lomba ayam kukuak balenggek saya ikuti. Banyak penghargaan, seperti piagam, piala, bahkan medali dan pin emas yang saya peroleh,” ujarnya sambil memerlihatkan  koleksi penghargaannya.
Jika sebelumnya hanya memelihara beberapa ekor ayam unggulan, sekarang Joni Putra memelihara ayam untuk membudidayakannya. Dia mengakui banyak biaya yang dibutuhkan untuk melestarikan ayam ini. Namun, kecintaannya membuatnya rela merogoh kocek dalam-dalam.
“Ayam ini adalah ciri khas Solok maupun Sumbar. Sayang kan kalau ternyata nanti daerah lain yang membudidayakannya. Apalagi sekarang orang di Pekanbaru, Jambi, Bengkulu juga mulai mengembangkan ayam kukuak balenggek,” terangnya.
Joni berharap Pemkab/Pemko mendukung upayanya membudidayakan ayam kukuak balenggek. Karena, dia yang saat ini hanya sebagai seorang pensiunan PNS mengaku kewalahan mengembangkan ayam dalam jumlah banyak karena tersandung dana.
“Untuk mengelola yang ada saat ini saja terkadang saya kewalahan. Saya berharap kalau ada program pemerintah untuk membantu mengembangkannya,” harapnya. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar