Translate

Minggu, 16 Februari 2014

Sisi Lain Wali Kota Padang Fauzi Bahar

Tetap Jaga Anak, Tidur 4 Jam Sehari

 
Selasa (18/2) menjadi hari terakhir Fauzi Bahar memimpin Kota Padang. Masyarakat mengenalnya sebagai pemimpin tegas, kharismatik, dan religi. Di balik sosok tegasnya, ternyata mantan pasukan elite TNI AL ini adalah ayah yang penyayang dan penyabar.
Hijrah Adi Sukrial—Padang
Di sela kesibukannya memimpin Kota Padang sejak 10 tahun lalu, Fauzi Bahar tetap meluangkan waktu bagi keluarga tercinta, khususnya si bungsu, Tiara. Tiara terlahir sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Fauzi sangat menyayanginya.


Sesibuk apa pun menjalankan tugas memimpin ibu kota provinsi Sumbar ini, Fauzi Bahar selalu menyempatkan diri bercengkerama dengan putrinya yang saat ini berusia 12 tahun.
Pria yang baru saja dianugerahi gelar Datuak nan Sati ini mengaku, Tiara tidak sama dengan anak-anak lainnya. Saat malam, Fauzi harus bergantian dengan istrinya Meutiawati menjaga Tiara. ”Kadang jam 2 malam saya belum tidur, karena Tiara belum tidur. Tapi itu tidak membuat saya capek dan lelah. Saya tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Hikmahnya, saya jadi sering tahajud,” ungkap Fauzi Bahar saat berbincang dengan Padang Ekspres, di ruangan kerjanya, Balai Kota, Aiapacah Padang, Jumat (14/7) lalu.
Bagi doktor jebolan Universitas Negeri Padang itu, Tiara adalah amanah yang diberikan Allah padanya. Dia yakin, Allah menilai dia sebagai orang yang mampu dan kuat menjaga, merawat dan menyayangi Tiara.
Sekadar diketahui, saat Fauzi Bahar pertamakali menjabat sebagai Wali Kota Padang pada tahun 2014, ketika itu Tiara masih berumur 2 tahun. ”Dia tidak tahu ayahnya seorang wali kota. Dia tidak tahu ayahnya sedang didemo orang. Yang dia tahu, ketika kita datang, dia ingin bercengkerama dengan kita. Sehingga, seberat apa pun masalah di kota ini, ketika bertemu dengan Tiara, saya harus melupakannya sejenak. Walau 20 menit, saat akan memberikan waktu untuk dia,” papar alumni Lemhanas ini. “Tiara bagi saya adalah yang paling mahal di dunia ini. Dia membuat saya menyadari bahwa cinta yang paling nikmat adalah cinta kepada anak,” ungkap putra Kototangah ini.
Keberadaan Tiara, menurut Fauzi juga membawa berkah bagi anak berkebutuhan khusus lainnya. Sebab, keberadaan Tiara, membuat istrinya Meutiawati memiliki kepedulian tinggi terhadap anak-anak. Salah satunya dengan mendirikan Ti-Ji Home Scholing, yaitu sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Saat ini sekolah ini telah memiliki sedikitnya 60 siswa yang semuanya anak berkebutuhan khusus.
Kemudian, Fauzi Bahar pernah membuka pengobatan gratis di rumah dinasnya. Ketika itu, ribuan warga kota tumpah ruah mengikuti pengobatan gratis. Semua berawal dari perjuangannya menyembuhkan Tiara.
Selain pengobatan modern, juga alternatif. Setelah sekian lama berusaha, akhirnya ia menemukan pengobatan yang tepat bagi putrinya. Ini pula yang dibagi-bagikan kepada masyarakatnya, agar sembuh seperti Tiara.
”Setelah mencoba pengobatan alternatif, putri saya membaik. Saya sangat bersyukur sekali. Tuhan mendengar doa yang saya panjatkan lewat tahajud. Saya begitu gembira. Kebahagiaan itulah yang ingin saya bagi dengan warga kota. Kesembuhan Tiara memberi inspirasi bagi saya untuk mendatangkan perantara pengobatan alternatif  yang telah menyembuhkan Tiara,” sebut Fauzi ketika itu.
Nama tabib yang didatangkan Fauzi Bahar bernama Haji MP Setiaji dari Lereng Wonosobo. Fauzi yakin Allah SWT juga akan memberikan kesembuhan yang sama bagi warga kota lewat perantara MP Setiaji. Awalnya, menurut Fauzi, MP Setiaji hanya menangani anak berkebutuhan khusus dan stroke. Tapi akhirnya, banyak juga penderita penyakit lain yang datang berobat padanya. ”Tiara telah menyadarkan saya, bahwa saya harus berbagi dengan orang lain sebagai wujud rasa syukur atas kurnia Allah,” aku Fauzi.
Walau begitu, Fauzi mengaku tidak pernah bisa berkumpul utuh dengan keluarga. Selama 10 tahun dia memimpin Kota Padang, dia belum pernah sekalipun makan malam dengan kondisi anggota keluarga yang utuh. Walau bulan puasa sekali pun. ”Bulan puasa, setiap hari saya sahur dan berbuka di tempat yang berbeda,” jelasnya.
Sandimitra ajudan sang wali kota mengaku salut dan haru melihat kasih sayang Fauzi Bahar pada keluarganya. Setiap pulang dari luar kota, katanya Fauzi langsung ke rumah untuk bertemu anaknya. ”Biasanya dari bandara bapak langsung ke rumah. Beliau temui Tiara, beliau cium, diajak bercanda. Setelah itu baru beliau menerima tamu atau menghadiri acara atau menjalankan tugas lainnya,” ujar Sandimitra kepada Padang Ekspres, kemarin.
Di hari-hari tertentu, menurutnya Fauzi bahar juga menunjukkan kasih sayang dengan membelikan keluarga oleh-oleh. ”Tiara biasanya dibelikan mainan,” jelasnya.
Berpikir Positif
Memimpin kota yang besar dengan berbagai problematika ini, bukan pekerjaan mudah. Begitu pula yang dirasakan seorang Fauzi Bahar. Dalam sehari, ia hanya merasakan mata terpejam 4 sampai 5 jam. Selain padatnya jadwal menjalankan tugas, dia juga harus menjaga Tiara bergantian dengan istrinya. Namun, Fauzi mengaku selalu fit dan kuat.
Menurut pria yang suka olah raga dragon boat ini, kuncinya adalah positif thingking (berpikir positif), olah raga dan bekam. ”Kalau makanan, saya tidak ada pantangan. Masakan istri yang paling saya suka adalah pangek padeh dan cumi,” jelasnya.
Sedangkan olahraga rutinnya adalah bersepeda. ”Dulu saya menyelam, dragon boat, dan berenang. Sekarang saya rutin bersepeda,” katanya.
Soal karakternya yang dianggap banyak pihak keras dan temperamen, Fauzi tak menampiknya. Dia mengakui, dulu ketika awal menjabat, dia memang agak temperamental. ”Ya, saya yang biasa di pasukan elite, penuh kedisiplinan, berpikir cepat, bekerja cepat, kaget bergabung dengan sipil. Saya maunya semua sama cepatnya dengan saya. Makanya agak temperamental, seiring berjalan waktu saya berusaha menyesuaikan diri,” beber pria yang sukses memberantas togel di awal kepemimpinannya ini.
Sekarang, Fauzi justru dikenal sebagai atasan yang dekat dengan anggotanya. Padang Ekspres berkesempatan merasakan keakraban itu. Saat azan Ashar berkumandang, dia mengajak semua pejabat eselon, staf, hingga wartawan shalat berjamaah di ruang kerjanya di Kantor Balai Kota Padang, dan Fauzi langsung menjadi imam.
”Kalau subuh, bapak ajak saya dan sopir shalat bersama. Kalau siang, di mana ada masjid, di sana kami shalat. Kalau di kantor atau di rumah, siapa yang ada selalu diajak shalat bersama,” kata Sandimitra.
Siap jadi Wagub
Usai menjalankan tugas sebagai Wako Padang dua periode, Fauzi Bahar mengaku akan mengurus beras genggam, yakni mengumpulkan beras dari warga mampu untuk disumbangkan ke warga yang tidak mampu. Selain itu, dia mempersiapkan diri untuk maju sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Kepulauan Riau.
Dia optimistis bisa memberikan sumbangsih pemikiran dan pengalaman dalam memajukan Kepri. Apalagi, Kepri merupakan kampung halaman istrinya. Selain itu, karakter alam Kepri yang sama-sama mempunyai potensi maritim dengan Padang adalah daya tarik tersendiri.
Alasan lain yang menurutnya cukup logis, potensi suara dari masyarakat Minang di Kepri lumayan banyak, karena 24 persen penduduk Kepri adalah warga Minang. “Menurut saya itu sebuah modal. Tentunya kita ingin yang terbaik untuk daerah Kepulauan Riau ini,” tambah pria berkumis ini.
Sumber daya perikanan, sektor pariwisata dan industri maritim, tambang minyak dan gas (migas) menurutnya perlu mendapat perhatian lebih baik lagi. Wilayah kepulauan punya banyak aspek yang seharusnya menjadikan daerah ini punya pergerakan perekonomian yang pesat. ”Kita harusnya memikirkan bagaimana lautan itu bisa dijadikan tempat mata pencarian bagi masyarakat setiap saat seperti layaknya di darat,” ujarnya lagi.
Saat ini, dia sedang penjajakan dengan tokoh Kepri untuk menjadi pasangannya. Bahkan ada rumor beredar bahwa Fauzi akan berpasangan dengan Gubernur incumbent Muhammad Sani. ”Ya kita lihat saja nanti,” ulas pria yang sukses membumikan asmaul husna di Kota Padang ini. (*)

* Juga Diterbitkan di Harian Pagi Padang Ekspres

Tidak ada komentar:

Posting Komentar