Translate

Kamis, 10 April 2014

Awalnya Takut Ular, Kini Ketagihan Ingin Memiliki



Tren Memelihara Reptil di Kalangan Anak Muda Padang

Ular tak lagi menjadi hewan menakutkan bagi sekumpulan anak muda. Mereka bahkan bertekad menjadikan hewan melata ini sebagai teman yang harus dilindungi. Berusaha memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa ular bukanlah hewan yang harus dibunuh, namun diselamatkan.


Hijrah Adi Sukrial—Padang
Suasana GOR H Agus Salim sedang ramai-ramainya pada Minggu (6/4) pagi. Maklum, itu adalah waktunya masyarakat Padang berolaharaga. Mulai dari sekadar jogging hingga senam pagi. Di sisi lain, banyak juga yang memanfaatkan keramaian itu untuk berjualan.
Di salah satu sudut, sekelompok pemuda berkumpul bersama. Saat orang sedang berolahraga, mereka justru punya kegiatan lain, yaitu bermain-main bersama reptil. Mulai dari ular berbisa hingga iguana terlihat sangat akrab dengan anak-anak muda tersebut. Bahkan, ular berbisa seakan teman bermain dan binatang yang jinak di tangan mereka.
Unlimit Repril Community (UREC) adalah nama organisasi tempat pecinta reptil ini bernaung. Lewat komunitas ini mereka ingin membuat masyarakat lebih dekat dan tidak asing lagi dengan reptil.
Di keramaian GOR H Agus Salim, mereka mengajak remaja dan anak muda berkenalan dengan ular dan hewan reptil lainnya.
”Biasanya ada lihat-lihat, kemudian kami tawarkan berfoto dan meyakinkan bahwa mereka aman, karena ular tersebut tidak berbisa. Awalnya ada yang takut-takut, hingga akhirnya ketagihan,” jelas Ketua UREC Roby Ramadhan kepada Padang Ekspres, kemarin.
Menurut Roby, mereka ingin mengubah stigma negatif masyarakat tentang reptil. Selama ini masyarakat sangat anti terhadap reptil, terutama ular. Alhasil, setiap bertemu ular di pemukiman atau di jalan, tidak ada orang yang berpikir menyelamatkan atau mengembalikan ke habitatnya. ”Langkah pertama pasti mencari kayu, batu, dan lainnya. Sedikit sekali yang memikirkan bahwa ular juga hewan yang punya hak untuk dilindungi,” jelas Robi.
Berdirinya UREC diawali sekumpulan mahasiswa Universitas Putra Indonesia (UPI) yang sama-sama hobi memelihara reptil. Dari situ, mereka kemudian berbincang-bincang hingga akhirnya menyediakan jadwal berkumpul sekali seminggu.
”Awalnya hanya mahasiswa UPI. Lama kelamaan banyak yang gabung, mulai dari mahasiswa, karyawan hingga siswa. Akhirnya kami sepakat mengganti namanya dengan Unlimited Reptil Community. Unlimited artinya kami mencintai ular tak terbatas dan tak pandang kasta dalam memilih anggota. Begitu juga hewan peliharaan, tak pandang ular lokal atau impor, semuanya harus disayangi,” jelasnya.
Rio Irnawan, salah seorang anggota UREC mengatakan, baginya ular adalah hewan yang asyik untuk dipelihara. Agar tidak membahayakan, paling penting diperhatikan adalah karakternya. Perlu dikenali apakah ular tersebut berbisa atau tidak. Kalau ular berbisa biarkan saja melilit, tapi harus hati-hati terhadap gigitannya. Biasanya memainkannya tetap memakai alat. Sedangkan ular tidak berbisa, yang perlu diwaspadai adalah lilitannya. ”Kalau digigit tidak masalah, tapi jangan biarkan melilit,” jelasnya.

Dia menjelaskan, sejak banyaknya komunitas reptil di Padang, sudah banyak orang sadar untuk melindungi hewan tersebut. ”Dulu kalau ada ular selalu dibunuh, sekarang sudah ada orang yang memanggul anak komunitas reptil. Kami biasanya dipanggil saat ada ular di komplek atau pemukiman penduduk,” jelas pria yang memelihara ular pyton dan kadal ini.
Selain itu, dia bersama ketua dan anggota komunitas reptil sering road show ke sekolah-sekolah. Biasanya mereka memperkenalkan jenis-jenis reptil, tingkat bahaya dan cara penanganan ketika ada reptil masuk rumah atau pemukiman. Dari sosialisasi dan acara-acara yang digelar di GOR, sekarang sudah banyak anak muda yang menjadi pecinta reptil dan tergabung dalam berbagai komunitas.
Ular yang dipeliharanya biasanya diletakkan dalam akuarium atau kotak-kotak kaca. Untuk perawatan, hanya memandikan, menjemur dan memberi makan. Namun, kadang-kadang ada ular yang butuh perawatan khusus, misalnya ular yang tidak mau makan, ular banyak kutu, atau ular luka-luka sehabis dipukuli warga dengan kayu.
Kalau dapat ular yang seperti itu, kadang Rio harus sabar memandikannya dengan air sirih, menyuapkan makannya, bahkan menjemurnya di bawah matahari pagi.
Bagi Rio, mencintai reptil juga mendatangkan manfaat lain. Misalnya, bertambahnya pergaulan hingga nilai ekonomis. Bukan karena Rio menjual hewan melata tersebut, melainkan menyediakan makanan untuk mereka. Ya, di kalangan pecinta reptil, tikus putih termasuk kebutuhan untuk makanan ular. Rio adalah salah satu pecinta reptil yang menyediakan waktu untuk beternak tikus putih tersebut.
Ke depan, dia berharap masyarakat tidak anti terhadap reptil. Kalau ada bertemu reptil tidak dibunuh melainkan ditangkap dengan cara yang tepat. ”Kalau tidak tahu caranya, silakan hubungi kami,” ulasnya. (***)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar