Tren Memelihara Reptil di
Kalangan Anak Muda Padang
Ular tak lagi menjadi hewan
menakutkan bagi sekumpulan anak muda. Mereka bahkan bertekad menjadikan hewan
melata ini sebagai teman yang harus dilindungi. Berusaha memberikan kesadaran pada
masyarakat bahwa ular bukanlah hewan yang harus dibunuh, namun diselamatkan.
Hijrah Adi Sukrial—Padang
Suasana GOR H Agus Salim
sedang ramai-ramainya pada Minggu (6/4) pagi. Maklum, itu adalah waktunya
masyarakat Padang berolaharaga. Mulai dari sekadar jogging hingga senam pagi.
Di sisi lain, banyak juga yang memanfaatkan keramaian itu untuk berjualan.
Di salah satu sudut,
sekelompok pemuda berkumpul bersama. Saat orang sedang berolahraga, mereka
justru punya kegiatan lain, yaitu bermain-main bersama reptil. Mulai dari ular
berbisa hingga iguana terlihat sangat akrab dengan anak-anak muda tersebut.
Bahkan, ular berbisa seakan teman bermain dan binatang yang jinak di tangan
mereka.
Unlimit Repril Community
(UREC) adalah nama organisasi tempat pecinta reptil ini bernaung. Lewat komunitas
ini mereka ingin membuat masyarakat lebih dekat dan tidak asing lagi dengan
reptil.
Di keramaian GOR H Agus
Salim, mereka mengajak remaja dan anak muda berkenalan dengan ular dan hewan
reptil lainnya.
”Biasanya ada lihat-lihat,
kemudian kami tawarkan berfoto dan meyakinkan bahwa mereka aman, karena ular
tersebut tidak berbisa. Awalnya ada yang takut-takut, hingga akhirnya
ketagihan,” jelas Ketua UREC Roby Ramadhan kepada Padang Ekspres,
kemarin.
Menurut Roby, mereka ingin mengubah
stigma negatif masyarakat tentang reptil. Selama ini masyarakat sangat anti
terhadap reptil, terutama ular. Alhasil, setiap bertemu ular di pemukiman atau
di jalan, tidak ada orang yang berpikir menyelamatkan atau mengembalikan ke
habitatnya. ”Langkah pertama pasti mencari kayu, batu, dan lainnya. Sedikit
sekali yang memikirkan bahwa ular juga hewan yang punya hak untuk dilindungi,”
jelas Robi.
Berdirinya UREC diawali
sekumpulan mahasiswa Universitas Putra Indonesia (UPI) yang sama-sama hobi
memelihara reptil. Dari situ, mereka kemudian berbincang-bincang hingga
akhirnya menyediakan jadwal berkumpul sekali seminggu.
”Awalnya hanya mahasiswa
UPI. Lama kelamaan banyak yang gabung, mulai dari mahasiswa, karyawan hingga siswa.
Akhirnya kami sepakat mengganti namanya dengan Unlimited Reptil Community. Unlimited artinya kami mencintai ular
tak terbatas dan tak pandang kasta dalam memilih anggota. Begitu juga hewan
peliharaan, tak pandang ular lokal atau impor, semuanya harus disayangi,”
jelasnya.
Rio Irnawan, salah seorang
anggota UREC mengatakan, baginya ular adalah hewan yang asyik untuk dipelihara.
Agar tidak membahayakan, paling penting diperhatikan adalah karakternya. Perlu
dikenali apakah ular tersebut berbisa atau tidak. Kalau ular berbisa biarkan
saja melilit, tapi harus hati-hati terhadap gigitannya. Biasanya memainkannya
tetap memakai alat. Sedangkan ular tidak berbisa, yang perlu diwaspadai adalah
lilitannya. ”Kalau digigit tidak masalah, tapi jangan biarkan melilit,”
jelasnya.
Dia menjelaskan, sejak
banyaknya komunitas reptil di Padang, sudah banyak orang sadar untuk melindungi
hewan tersebut. ”Dulu kalau ada ular selalu dibunuh, sekarang sudah ada orang
yang memanggul anak komunitas reptil. Kami biasanya dipanggil saat ada ular di
komplek atau pemukiman penduduk,” jelas pria yang memelihara ular pyton dan
kadal ini.
Selain itu, dia bersama
ketua dan anggota komunitas reptil sering road show ke sekolah-sekolah.
Biasanya mereka memperkenalkan jenis-jenis reptil, tingkat bahaya dan cara
penanganan ketika ada reptil masuk rumah atau pemukiman. Dari sosialisasi dan
acara-acara yang digelar di GOR, sekarang sudah banyak anak muda yang menjadi
pecinta reptil dan tergabung dalam berbagai komunitas.
Ular yang dipeliharanya
biasanya diletakkan dalam akuarium atau kotak-kotak kaca. Untuk perawatan,
hanya memandikan, menjemur dan memberi makan. Namun, kadang-kadang ada ular
yang butuh perawatan khusus, misalnya ular yang tidak mau makan, ular banyak
kutu, atau ular luka-luka sehabis dipukuli warga dengan kayu.
Kalau dapat ular yang
seperti itu, kadang Rio harus sabar memandikannya dengan air sirih, menyuapkan
makannya, bahkan menjemurnya di bawah matahari pagi.
Bagi Rio, mencintai reptil
juga mendatangkan manfaat lain. Misalnya, bertambahnya pergaulan hingga nilai
ekonomis. Bukan karena Rio menjual hewan melata tersebut, melainkan menyediakan
makanan untuk mereka. Ya, di kalangan pecinta reptil, tikus putih termasuk
kebutuhan untuk makanan ular. Rio adalah salah satu pecinta reptil yang
menyediakan waktu untuk beternak tikus putih tersebut.
Ke depan, dia berharap
masyarakat tidak anti terhadap reptil. Kalau ada bertemu reptil tidak dibunuh
melainkan ditangkap dengan cara yang tepat. ”Kalau tidak tahu caranya, silakan
hubungi kami,” ulasnya. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar