Idolakan Ayah, Kemana-mana Bawa Yasin
Siapa sangka, dibalik sosoknya yang tegas dan keras, Bupati Tanahdatar
Shadiq Pasadigue adalah seorang pria yang sangat mengagumi sosok ayahnya. Pesan-pesan
ayahnya begitu melekat dalam dirinya. Bahkan, bupati dua periode ini tak
segan-segan menunjukkan foto ayahnya yang senantiasa disimpannya dalam
dompetnya.
Hijrah Adi Sukrial—Tanahdatar
Foto pacu jawi yang mendunia itu terpajang gagah di ruang tamu rumah dinas
Bupati Tanahdatar Shadiq Pasadigue di Gedung Indo Jalito Batusangkar. Sepertinya,
melalui foto itu Shadiq Pasadique ingin memperkenalkan dan membanggakan kepada
setiap tamu yang datang Tanahdatar adalah pemilik budaya pacu jawi tersebut.
Di ruang tamu itu Shadiq
Pasadigue sedang menerima tamu di rumah dinasnya di Gedung Indo Jalito,
Batusangkar ketika Padang Ekspres menemuinya, Jumat (28/2).
Kemudian, dia mempersilakan Padang
Ekspres masuk dan mengajak untuk berbincang di ruang tamu yang ada di
bagian dalam rumah. Ruang tamu dengan ruang itu dibatasi krai. Sebenarnya ruang
itu lebih pas disebut ruang keluarga, karena di sana terdapat meja makan, televisi dan tak
jauh dari dapur. Di sana
beberapa pegawai sedang sibuk kegiatan masing-masing.
Di dinding dekat ruangan itu
ada foto 3 orang pria bersarung yang sedang berdiri di depan rumah. Yaitu, Bung
Hatta dan Buya Hamka yang mengapit seorang pria yang kemudian diketahui bernama
M Saleh Kari Sutan atau juga dikenal Pakiah Saleh.
Pakiah Saleh adalah ayah dari
Shadiq Pasadigue yang juga teman seperjuangan dengan Buya Hamka semasa mengaji
di Masjid Jembatan Besi Padangpanjang dan sama-sama dibuang ke Digul bersama
tokoh proklamator Indonesia,
Muhammad Hatta.
Jangan bayangkan meja makan
di rumah bupati itu penuh dengan hidangan dan makanan yang siap disajikan kapan
saja, namun meja makan dipenuhi berkas-berkas kedinasan dan buku bacaan.
”Saya tidak pernah
dihidangkan, kalau mau makan, cukup ambilkan saja nasi sepiring. Dihidangkan itu
menghabiskan waktu,” ujarnya ketika berbincang dengan Padang Ekspres.
Shadiq mengaku, bukanlah tipe orang yang makan dan berolahraga secara
teratur. Bagi Shadiq, makan itu adalah keharusan, karena banyaknya kegiatan
yang harus diikutinya membutuhkan tenaga. ”Kadang, mau pergi acara saya makan
dulu, agar tidak ngantuk. Soal menu tidak ada pantangan. Namun, olahraga dan
liburan sudah tidak sempat lagi,” jelas pria kelahiran 8 Januari 1960 yang
mengaku suka makan ayam, sea food dan jengkol ini.
Ada satu hal yang tak pernah bisa ditinggalkan bupati dua periode yang
menggantikan Masriadi Martunus sejak tahun 2005 ini, yaitu membaca Al Quran di
setiap waktu senggangnya. Misalnya ketika dalam perjalanan menuju rapat atau
dinas, di atas pesawat, dan antara Maghrib dan Isya saat dia berada di rumah.
Bahkan, Surat Yasin kecil berwarna merah selalu menyertainya kemana pun dia
pergi.
”Ayah saya dulu berpesan, setiap hari kita harus membaca Al Quran. Tidak
bisa satu juz, 3 halaman, tidak bisa 3 halaman, minimal sehalaman. Makanya saya
membawa ini kemana pun saya pergi,” jelasnya sambil memperlihatkan Surat Yasin
kecil.
Menurut Shadiq, pesan-pesan ayahnya memang menjadi selalu diingat dan
dilaksanakannya. Karena ayahnya yang seorang ulama mendidiknya sangat keras
untuk masalah agama. Dia memaparkan, selain untuk selalu mengaji, ada beberapa
pesan ayahnya yang terus terngiang di telinganya. Di antaranya, agar tidak pernah
meninggalkan shalat, tidak beranak banyak, tidak iri hati, dan tidak makan yang
haram.
Kata Shadiq, ayahnya menganalisa banyak masyarakat yang memiliki banyak
anak, namun kemudian menjadi beban baginya. Misalnya, ada orang memiliki empat
anak, namun tidak mampu memberi makan dan mendidik dengan baik. Hal itu akan
menyebabkan anak menjadi beban bagi orangtuanya. ”Oleh sebab itu anak saya cuma
dua,” ulas pria berkumis dan berkacamata ini.
Shadiq mengaku, dia tidak pernah mengajak anaknya liburan atau makan malam
bersama secara khusus. Terutama sejak menjadi pejabat publik. Kata dia, dulu
saat masih tinggal di Komplek Semen Padang, Sabtu atau Minggu mereka masih
sempat meluangkan waktu bersama, minimal sekadar pergi ke pusat Kota Padang.
Sekarang. walau dia dan istrinya sibuk, mereka tidak melupakan perhatian
untuk sepasang buah harinya itu. Wujud perhatian diberikan dengan cara selalu
mengontrol shalat, makan dan kuliah anaknya. Kemudian, dia juga senantiasa
mendoakan anaknya. ”Ini lihat, saya menelpon jam 13.20. Tadi saya menanyakan
dimana dia shalat Jumat dan makannya. Saya juga ingatkan untuk pergi kuliah dan
tidak lupa membuat tugas,” jelasnya sembari memperlihatkan telepon selularnya
pada Padang Ekspres.
Menurutnya, hal itu harus dilakukan setiap orang tua jika tidak ingin
anaknya menjadi anak yang menyusahkannya kelak. Sebab, apabila anak
diperhatikan ibadah, makan dan pendidikannya, maka anak akan tumbuh jadi anak
yang beriman, berilmu dan sehat. Bekal itu pula yang dulu diberikan ayahnya
Pakiah Saleh dan ibunya Hj Asiah Said padanya. Dengan demikian, anak akan mampu
menjadi berkah bagi orang tuanya. ”Saya lahir saat usia ayah saya sudah 62
tahun. Dia tidak memberikan uang banyak, namun pendidikan agama dan pesan-pesan
mendidik yang senantiasa saya ingat. Ayah saya meninggal 3 bulan setelah saya
tamat kuliah,” kenang Shadiq.
”Dalam menjalani karir di bidang politik, juga ada pesan yang selalu saya
ingat. Intinya, ketika berada di shaf terdepan, ada orang yang menawarkan kita
jadi imam, kita harus melihat kiri kanan. Jika rasanya ada orang yang lebih
baik dan lebih pantas, persilakanlah orang tersebut. Jika tidak ada, baru kita
maju. Jika ini diamalkan, maka tidak akan 10 pasang calon kepala daerah di
Padang,” ujar pria asal Nagari Simpuruik yang dibesarkan di Parakjua
Batusangkar ini.
Yal, ajudan Shadiq Pasadique mengatakan, selama mendampingi Shadiq dia
mengakui, memang sangat berkesan dengan kebiasaan Shadiq yang selalu
menyempatkan diri untuk membaca Al Quran. Menurutnya Shadiq memang tidak ada
mengikuti pengajian khusus. Sebab, sehabis Maghrib masih banyak acara undangan
masyarakat yang dihadirinya.
Namun, dia melihat, selain di perjalanan, Shadiq rutin mengaji saat Kamis
malam atau Jumat pagi. ”Biasanya bapak yasinan,” ujarnya. (***)
Terbit di Harian Pagi Padang Ekspres edisi 3 Maret 2014
http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=50027
Tidak ada komentar:
Posting Komentar