Tetap Jaga Anak, Tidur 4 Jam Sehari
Selasa (18/2) menjadi hari terakhir Fauzi Bahar memimpin Kota Padang. Masyarakat mengenalnya sebagai pemimpin tegas, kharismatik, dan religi. Di balik sosok tegasnya, ternyata mantan pasukan elite TNI AL ini adalah ayah yang penyayang dan penyabar.
Hijrah Adi Sukrial—Padang
Di sela kesibukannya memimpin
Kota Padang sejak 10 tahun lalu, Fauzi Bahar tetap meluangkan waktu bagi
keluarga tercinta, khususnya si bungsu, Tiara. Tiara terlahir sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Fauzi
sangat menyayanginya.
Sesibuk apa pun menjalankan
tugas memimpin ibu kota provinsi Sumbar ini, Fauzi Bahar selalu menyempatkan
diri bercengkerama dengan putrinya yang saat ini berusia 12 tahun.
Pria yang baru saja
dianugerahi gelar Datuak nan Sati ini mengaku, Tiara tidak sama dengan
anak-anak lainnya. Saat malam, Fauzi harus bergantian dengan istrinya
Meutiawati menjaga Tiara. ”Kadang jam 2 malam saya belum tidur, karena Tiara
belum tidur. Tapi itu tidak membuat saya capek dan lelah. Saya tetap bisa
beraktivitas seperti biasa. Hikmahnya, saya jadi sering tahajud,” ungkap Fauzi
Bahar saat berbincang dengan Padang
Ekspres, di ruangan kerjanya, Balai Kota, Aiapacah Padang, Jumat (14/7) lalu.
Bagi doktor jebolan Universitas
Negeri Padang itu, Tiara adalah amanah yang diberikan Allah padanya. Dia yakin,
Allah menilai dia sebagai orang yang mampu dan kuat menjaga, merawat dan
menyayangi Tiara.
Sekadar diketahui, saat
Fauzi Bahar pertamakali menjabat sebagai Wali Kota Padang pada tahun 2014, ketika
itu Tiara masih berumur 2 tahun. ”Dia tidak tahu ayahnya seorang wali kota. Dia
tidak tahu ayahnya sedang didemo orang. Yang dia tahu, ketika kita datang, dia
ingin bercengkerama dengan kita. Sehingga, seberat apa pun masalah di kota ini,
ketika bertemu dengan Tiara, saya harus melupakannya sejenak. Walau 20 menit,
saat akan memberikan waktu untuk dia,” papar alumni Lemhanas ini. “Tiara bagi saya adalah yang paling mahal di dunia ini.
Dia membuat saya menyadari bahwa cinta yang paling nikmat adalah cinta kepada
anak,” ungkap putra Kototangah ini.
Keberadaan Tiara, menurut
Fauzi juga membawa berkah bagi anak berkebutuhan khusus lainnya. Sebab,
keberadaan Tiara, membuat istrinya Meutiawati memiliki kepedulian tinggi
terhadap anak-anak. Salah satunya dengan mendirikan Ti-Ji Home Scholing, yaitu sekolah untuk anak berkebutuhan khusus.
Saat ini sekolah ini telah memiliki sedikitnya 60 siswa yang semuanya anak
berkebutuhan khusus.
Kemudian, Fauzi Bahar pernah
membuka pengobatan gratis di rumah dinasnya. Ketika itu, ribuan warga kota
tumpah ruah mengikuti pengobatan gratis. Semua berawal dari perjuangannya
menyembuhkan Tiara.
Selain pengobatan modern,
juga alternatif. Setelah sekian lama berusaha, akhirnya ia menemukan pengobatan
yang tepat bagi putrinya. Ini pula yang dibagi-bagikan kepada masyarakatnya, agar
sembuh seperti Tiara.
”Setelah mencoba pengobatan
alternatif, putri saya membaik. Saya sangat bersyukur sekali. Tuhan mendengar
doa yang saya panjatkan lewat tahajud. Saya begitu gembira. Kebahagiaan itulah
yang ingin saya bagi dengan warga kota. Kesembuhan Tiara memberi inspirasi bagi
saya untuk mendatangkan perantara pengobatan alternatif yang telah menyembuhkan Tiara,” sebut Fauzi
ketika itu.
Nama tabib yang didatangkan
Fauzi Bahar bernama Haji MP Setiaji dari Lereng Wonosobo. Fauzi yakin Allah SWT
juga akan memberikan kesembuhan yang sama bagi warga kota lewat perantara MP
Setiaji. Awalnya, menurut Fauzi, MP Setiaji hanya menangani anak berkebutuhan
khusus dan stroke. Tapi akhirnya, banyak juga penderita penyakit lain yang
datang berobat padanya. ”Tiara telah menyadarkan saya, bahwa saya harus berbagi
dengan orang lain sebagai wujud rasa syukur atas kurnia Allah,” aku Fauzi.
Walau begitu, Fauzi mengaku
tidak pernah bisa berkumpul utuh dengan keluarga. Selama 10 tahun dia memimpin
Kota Padang, dia belum pernah sekalipun makan malam dengan kondisi anggota
keluarga yang utuh. Walau bulan puasa sekali pun. ”Bulan puasa, setiap hari
saya sahur dan berbuka di tempat yang berbeda,” jelasnya.
Sandimitra ajudan sang wali kota
mengaku salut dan haru melihat kasih sayang Fauzi Bahar pada keluarganya.
Setiap pulang dari luar kota, katanya Fauzi langsung ke rumah untuk bertemu
anaknya. ”Biasanya dari bandara bapak langsung ke rumah. Beliau temui Tiara,
beliau cium, diajak bercanda. Setelah itu baru beliau menerima tamu atau
menghadiri acara atau menjalankan tugas lainnya,” ujar Sandimitra kepada Padang
Ekspres, kemarin.
Di hari-hari tertentu,
menurutnya Fauzi bahar juga menunjukkan kasih sayang dengan membelikan keluarga
oleh-oleh. ”Tiara biasanya dibelikan mainan,” jelasnya.
Berpikir Positif
Memimpin kota yang besar
dengan berbagai problematika ini, bukan pekerjaan mudah. Begitu pula yang
dirasakan seorang Fauzi Bahar. Dalam sehari, ia hanya merasakan mata terpejam 4
sampai 5 jam. Selain padatnya jadwal menjalankan tugas, dia juga harus menjaga
Tiara bergantian dengan istrinya. Namun, Fauzi mengaku selalu fit dan kuat.
Menurut pria yang suka olah
raga dragon boat ini, kuncinya adalah
positif thingking (berpikir positif),
olah raga dan bekam. ”Kalau makanan, saya tidak ada pantangan. Masakan istri
yang paling saya suka adalah pangek padeh
dan cumi,” jelasnya.
Sedangkan olahraga rutinnya
adalah bersepeda. ”Dulu saya menyelam, dragon
boat, dan berenang. Sekarang saya rutin bersepeda,” katanya.
Soal karakternya yang dianggap
banyak pihak keras dan temperamen, Fauzi tak menampiknya. Dia mengakui, dulu
ketika awal menjabat, dia memang agak temperamental. ”Ya, saya yang biasa di
pasukan elite, penuh kedisiplinan, berpikir cepat, bekerja cepat, kaget
bergabung dengan sipil. Saya maunya semua sama cepatnya dengan saya. Makanya
agak temperamental, seiring berjalan waktu saya berusaha menyesuaikan diri,” beber
pria yang sukses memberantas togel di awal kepemimpinannya ini.
Sekarang, Fauzi justru
dikenal sebagai atasan yang dekat dengan anggotanya. Padang Ekspres
berkesempatan merasakan keakraban itu. Saat azan Ashar berkumandang, dia
mengajak semua pejabat eselon, staf, hingga wartawan shalat berjamaah di ruang
kerjanya di Kantor Balai Kota Padang, dan Fauzi langsung menjadi imam.
”Kalau subuh, bapak ajak
saya dan sopir shalat bersama. Kalau siang, di mana ada masjid, di sana kami
shalat. Kalau di kantor atau di rumah, siapa yang ada selalu diajak shalat
bersama,” kata Sandimitra.
Siap jadi Wagub
Usai menjalankan tugas
sebagai Wako Padang dua periode, Fauzi Bahar mengaku akan mengurus beras
genggam, yakni mengumpulkan beras dari warga mampu untuk disumbangkan ke warga
yang tidak mampu. Selain itu, dia mempersiapkan diri untuk maju sebagai Calon
Wakil Gubernur (Cawagub) Kepulauan Riau.
Dia optimistis bisa
memberikan sumbangsih pemikiran dan pengalaman dalam memajukan Kepri. Apalagi, Kepri
merupakan kampung halaman istrinya. Selain itu, karakter alam Kepri yang
sama-sama mempunyai potensi maritim dengan Padang adalah daya tarik tersendiri.
Alasan lain yang menurutnya cukup logis, potensi
suara dari masyarakat Minang di Kepri lumayan banyak, karena 24 persen penduduk
Kepri adalah warga Minang. “Menurut saya itu sebuah modal. Tentunya kita ingin
yang terbaik untuk daerah Kepulauan Riau ini,” tambah pria berkumis ini.Sumber daya perikanan, sektor pariwisata dan industri maritim, tambang minyak dan gas (migas) menurutnya perlu mendapat perhatian lebih baik lagi. Wilayah kepulauan punya banyak aspek yang seharusnya menjadikan daerah ini punya pergerakan perekonomian yang pesat. ”Kita harusnya memikirkan bagaimana lautan itu bisa dijadikan tempat mata pencarian bagi masyarakat setiap saat seperti layaknya di darat,” ujarnya lagi.
Saat ini, dia sedang
penjajakan dengan tokoh Kepri untuk menjadi pasangannya. Bahkan ada rumor
beredar bahwa Fauzi akan berpasangan dengan Gubernur incumbent Muhammad Sani. ”Ya kita lihat saja nanti,” ulas pria yang
sukses membumikan asmaul husna di
Kota Padang ini. (*)
* Juga Diterbitkan di Harian Pagi Padang Ekspres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar