Semula hanya Hobi, Sekarang Profesi
Semula ia memelihara ayam kukuak
balenggek hanya untuk hobi dan mengisi waktu luang. Setelah pensiun dari
Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Solok sejak 1 Juni 2012, dia memelihara ayam
kukuak balenggek bukan sekedar hobi lagi, namun untuk budidaya serta
melestarikannya.
Hijrah Adi Sukrial—Solok
Pagi-pagi, Joni Putra, warga Simpang
Rumbio, Kecamatan Lubuksikarah, Kota Solok ini sudah tiba di kandang ayam di
belakang rumahnya. Dengan
telaten, dia memberi makan induk dan anak ayam kukuak balenggek yang
dipeliharanya.
Dia memegang satu
per satu ayam unggulannya. Kemudian, dia memainkan jarinya untuk memancing ayam
yang dipegangnya agar berkokok. Ketika satu ayam berkokok, ayam-ayam lainnya
ikut berkokok.
Suaranya merdu
sekali, tidak hanya sekali berkokok, namun bersambung-sambung. Suasana rumahnya
yang sepi dan berada di tengah sawah, yaitu di dekat SMAN 2 Kota Solok menjadi
ramai. Beberapa ekor burung peliharaannya juga ikut nimbrung dan meramaikan
suasana pagi yang dingin itu. Baginya, mendengarkan kokok ayam balenggek
di pagi hari merupakan kebutuhan rutin yang harus ia dapatkan.
Jenis ayam kukuak
balenggek (kokok bertingkat) berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo
Lurah, Kabupaten Solok. Sesuai dengan namanya, karakteristik khas ayam ini
adalah suara kokoknya yang bertingkat-tingkat.
Ayam ini terbilang langka dan unik. Jarang ditemukan di daerah lain, baik di Sumbar maupun provinsi lain. Namun beberapa pencintanya mencoba mengembangkan ayam ini hingga ke luar daerah, sekitar Sumbar.
Ayam ini terbilang langka dan unik. Jarang ditemukan di daerah lain, baik di Sumbar maupun provinsi lain. Namun beberapa pencintanya mencoba mengembangkan ayam ini hingga ke luar daerah, sekitar Sumbar.
Joni beternak ayam kukuak
balenggek berawal dari hobi. Namun sekarang, ia telah membibitkan ratusan ayam dari keturunan ayam kukuak balenggek tersebut.
Kecintaannya terhadap ayam kukuak balenggek memang sudah ada sejak kecil. Dia bahkan pernah membeli ayam unik itu seharga Rp 3 juta seekor.
Kecintaannya terhadap ayam kukuak balenggek memang sudah ada sejak kecil. Dia bahkan pernah membeli ayam unik itu seharga Rp 3 juta seekor.
Ayam kukuak
balenggek yang bagus bisa ditawar di atas Rp 5 juta. ”Kalau ada kontes,
para pencinta ayam kukuak balenggek akan memamerkan ayamnya yang paling
merdu, atau yang paling banyak tingkat atau lenggek kokoknya.
”Pemenangnya
langsung dibeli dengan harga tinggi. Semakin banyak kokoknya, semakin tinggi
harganya,” kata Joni.
Ayam kukuak
balenggek ini memiliki banyak jenis. Misalnya ayam kinantan, yang kaki,
paruh, mata dan bulunya berwarna putih. Kalau ayam biring kaki, paruh dan mata
berwarna merah. Kalau ayam kanso, bulunya berwarna abu-abu. Kalau ayam kuriak,
kaki, paruh dan mata berwarna belang.
Sedangkan ayam putih
bulu seluruhnya berwarna putih. Kalau ayam tadung kaki, paruh dan mata berwarna
hitam. Kalau ayam pileh, kaki, paruh dan mata berwarna putih, dan kalau jalak,
kaki, paruh dan mata berwarna kuning.
”Semua bangsal
ayam-ayam itu merupakan jenis ayam kukuak balenggek. Tapi tidak semuanya
bisa berhasil dilatih menjadi ayam kukuak balenggek. Artinya, mereka
butuh perawatan dan latihan khusus agar bisa memiliki kokok yang bagus dan
banyak lenggek. Setahu saya yang paling tinggi kelasnya kalau kokoknya
mencapai 11 tingkat. Namun, selama saya melatih ayam, saya hanya berhasil
mencapai 9 tingkat,” kata pria yang juga hobi mengoleksi batu akik ini.
Untuk perawatan, dia
wajib memberikan makanan-makanan khusus, seperti tomat, madu, jeruk, cabai
rawit, jahe, dan padi halus. Makanan itu diberikan sekali 15 hari setelah
dimandikan. Makanan itu juga tidak diberikan sekaligus tapi bertahap dan
memiliki kadar tertentu.
”Di usia empat atau lima bulan, ayam akan memperlihatkan potensinya. Di usia itu kemudian ayam dilatih hingga benar-benar bisa memiliki kukuak balenggek banyak. Saya sekarang memiliki banyak bibit, sedangkan yang telah dilatih dan memiliki kukuak yang bagus ada 9 ekor,” pungkas Joni.
”Di usia empat atau lima bulan, ayam akan memperlihatkan potensinya. Di usia itu kemudian ayam dilatih hingga benar-benar bisa memiliki kukuak balenggek banyak. Saya sekarang memiliki banyak bibit, sedangkan yang telah dilatih dan memiliki kukuak yang bagus ada 9 ekor,” pungkas Joni.
Joni memulai hobi
ini sejak tahun 1995. Sejak menggeluti hobi ini, dia berhasil menorehkan
berbagai prestasi dalam lomba ayam kukuak balenggek. “Hampir semua lomba
ayam kukuak balenggek saya ikuti. Banyak penghargaan, seperti piagam,
piala, bahkan medali dan pin emas yang saya peroleh,” ujarnya sambil
memerlihatkan koleksi penghargaannya.
Jika sebelumnya
hanya memelihara beberapa ekor ayam unggulan, sekarang Joni Putra memelihara
ayam untuk membudidayakannya. Dia mengakui banyak biaya yang dibutuhkan untuk
melestarikan ayam ini. Namun, kecintaannya membuatnya rela merogoh kocek
dalam-dalam.
“Ayam ini adalah
ciri khas Solok maupun Sumbar. Sayang kan kalau ternyata nanti daerah lain yang
membudidayakannya. Apalagi sekarang orang di Pekanbaru, Jambi, Bengkulu juga
mulai mengembangkan ayam kukuak balenggek,” terangnya.
Joni berharap Pemkab/Pemko
mendukung upayanya membudidayakan ayam kukuak balenggek. Karena, dia
yang saat ini hanya sebagai seorang pensiunan PNS mengaku kewalahan
mengembangkan ayam dalam jumlah banyak karena tersandung dana.
“Untuk mengelola
yang ada saat ini saja terkadang saya kewalahan. Saya berharap kalau ada
program pemerintah untuk membantu mengembangkannya,” harapnya. (***)